Kenapa Indonesia Jadi Episentrum Covid-19?

Hasil riset Djayadi Hanan, Ph.D dosen Universitas Paramadina menyebutkan 10 % keluarga sampel di Indonesia telah terpapar Covid-19. Hal itu berarti yang terkena bisa 10-15 juta orang

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SurabayaPostNews – Tingkat kematian covid-19 di Indonesia lebih tinggi dari Italia, hal itu diketahui melalui laporan Worldometer. Tercatat pada Rabu (25/8) angka kematian mencapai 129.293. Sedangkan Itali sebanyak 128.855.

Berdasarkan data Worldometer, Indonesia naik ke peringkat 8 dunia hanya terpaut 2.561 kasus kematian dari Inggris yang berada di urutan ke 7 dalam kasus kematian terbanyak.

Dalam satu pekan, telah tercatat 1.000 kematian per hari.

provinsi dengan total angka kematian tertinggi yakni Jawa Tengah sebanyak 28.024 kasus, Jawa Timur 27.273 kasus, DKI Jakarta 13.240 kasus, Jawa Barat 13.090 kasus, dan Kalimantan Barat 4.935 kasus.

Secara nasional, Kementerian Kesehatan mencatat hari ini kasus baru bertambah 18.671 orang sehingga totalnya 4.026.387 orang.

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini menyarankan perlunya telaah secara mendalam apa yang menyebabkan Indonesia jadi epicentrum pandemi Covid-19 di dunia.

Komunikasi pemerintah, kata Didik, kepada masyarakat ihwal kebijakan penanganan pandemi dinilai buruk.

Selain itu, Infomasi tidak jelas dan membuat kebingungan masyarakat. “Ketika di awal pandemi, ada puluhan komunikasi pejabat publik membingungkan, seperti Covid-19 tidak berkembang di tropis, Covid-19 pakai nasi kucing, susu kuda liar dll. Indonesia kehilangan golden time yang seharusnya jika ditangani dengan tepat, akan meminimalisir dampak buruk pada hari ini.”katanya.

Begitu juga dengan Komando yang dinilai Didik tidak satu arah dan membingungkan. Pimpinan lembaga untuk pengendalikan covid berganti-ganti. Bahkan sejak awal juga bahkan ada friksi pusat dan daerah.

“Masalahnya pemerintah hanya mengambil data resmi yang justru tidak sesuai data lapangan. Seharusnya, data resmi sebagai proksi saja. Hasil riset Djayadi Hanan, Ph.D dosen Universitas Paramadina menyebutkan 10 % keluarga sampel di Indonesia telah terpapar Covid-19. Hal itu berarti yang terkena bisa 10-15 juta orang. Begitu pula laporan daerah kurang cepat, kurang komprehensif.”paparnya.

Dilanjutkan Didik, dana PEN Rp 690 triliun kebanyakan untuk membenahi ekonomi.

“”Karenanya tidak heran jika muncul masalah nakes tidak dibayar, oskigen bermasalah, rumah sakit belum dilunasi. Dan lain-lain. Terjadi penggelembaungan dana dengan utang yang sebagiannya merupakan produk perburuan rente.”tandasnya.@ (l1)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.