Boikot Massal & Skandal Mengepung JPMorgan

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Jakarta – JPMorgan Chase & Co, bank terbesar Amerika Serikat, sedang mendapat sorotan. Dalam dua pekan terakhir, bank yang dipimpin Jamie Dimon ini diserang dari berbagai penjuru sekaligus: skandal Epstein, tuduhan “debanking” politik, serangan balik dari komunitas kripto, hingga gelombang boikot nasabah ritel.
 
Jaksa Agung Florida, Ashley Moody, secara resmi meluncurkan penyelidikan terhadap JPMorgan karena diduga menutup rekening perusahaan media milik Donald Trump (Trump Media & Technology Group) atas tekanan politik dari pemerintahan Biden sebelumnya.
 
Dokumen internal yang bocor menunjukkan adanya komunikasi antara pejabat tinggi bank dengan Departemen Kehakiman AS pada 2023–2024.2.
 
Senator Ron Wyden (Demokrat) pekan lalu merilis surat terbuka yang menuduh JPMorgan sengaja menahan ratusan laporan transaksi mencurigakan senilai lebih dari US$1 miliar yang melibatkan Jeffrey Epstein.
 
Bank ini sebelumnya sudah membayar denda US$290 juta kepada korban Epstein pada 2023, namun dokumen baru memperlihatkan puluhan eksekutif senior tahu aktivitas tersebut tapi tetap mempertahankan rekening Epstein demi “referral bisnis”.
 
Boikot Nasabah Ritel Meledak di Media Sosial Tagar #BoycottChase dan #CloseChase trending global di X sejak 20 November.
 
Beberapa tokoh yang mengumumkan menutup rekeningnya:
  • Grant Cardone (miliarder properti) – “Saya keluarkan semua dana saya hari ini.”
  • Jack Mallers (CEO Strike) – “Mereka tutup rekening saya tanpa alasan.”
  • Ribuan pengguna X mengunggah video dan foto saat antre di cabang Chase untuk menutup rekening.         

JPMorgan diketahui memiliki posisi short besar terhadap saham MicroStrategy ($MSTR), perusahaan yang memegang Bitcoin terbanyak di dunia. 

 

Max Keiser dan ribuan trader ritel menyebut ini sebagai “serangan bank sentral terhadap uang baru”. Beberapa analis menghitung jika $MSTR naik 40–50 %, kerugian short JPMorgan bisa mencapai puluhan miliar dolar, berpotensi memicu krisis likuiditas.
 
Pekan lalu, vendor hipotek JPMorgan (SitusAMC) mengakui diretas pada 12 November. Data pribadi jutaan nasabah AS (termasuk nomor jaminan sosial dan detail pinjaman) berpotensi bocor.
 
Saham JPMorgan (ticker: JPM) turun 8,7 % dalam 10 hari perdagangan terakhir, terburuk sejak krisis 2023.
 
Jamie Dimon belum memberikan pernyataan publik sejak isu ini meledak. Sejumlah pengamat menyebut situasi ini sebagai “perfect storm” bagi bank yang selama ini dianggap “too big to fail”.
 
Sementara itu, bank-bank saingan seperti Bank of America, Wells Fargo, dan beberapa credit union melaporkan lonjakan nasabah baru yang mengaku “lari dari Chase”.@ *

Get real time updates directly on you device, subscribe now.