Jakarta – Organisasi kemasyarakatan lintas agama dan budaya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) kembali menggelar Kirab Merah Putih sebagai bentuk aksi nyata kebangsaan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi simbol nasionalisme, tetapi juga bagian dari gerakan moral untuk melawan intoleransi, radikalisme, paham khilafah, terorisme, dan peredaran narkoba di tengah masyarakat Indonesia yang plural.
Ketua Umum PNIB, AR Waluyo Wasis Nugroho atau yang akrab disapa Gus Wal, menegaskan bahwa mempertahankan persatuan dalam bangsa yang majemuk merupakan tantangan besar, terlebih di tengah krisis multidimensi yang melanda bangsa.
“Kirab Merah Putih bukan sekadar perayaan seremonial atau kerumunan massa, tapi merupakan ritual kebangsaan. Ini adalah pengingat bahwa rasa memiliki terhadap Indonesia harus diwujudkan dalam tindakan nyata,” ujar Gus Wal kepada media.
Gus Wal menyoroti bahwa intoleransi yang masih terjadi di sejumlah wilayah menjadi indikasi adanya ancaman terhadap persatuan nasional. Ia mengingatkan bahwa sejumlah aksi pelarangan atau perusakan tempat ibadah sering kali merupakan hasil dari provokasi kelompok-kelompok tertentu yang bergerak secara senyap.
“Para pelaku di lapangan seringkali hanyalah korban dari provokasi. Sementara para aktor intelektualnya telah berpindah tempat dan melanjutkan provokasinya di tempat lain,” jelasnya.
Menurut Gus Wal, penangkapan sejumlah terduga teroris di berbagai daerah menunjukkan bahwa jaringan dan ideologi radikal, termasuk paham khilafah dan negara Islam versi ISIS, masih belum sepenuhnya diberantas.
“Paham khilafah ini telah menjelma dalam bentuk aksi terorisme yang salah kaprah. Mereka aktif merekrut generasi muda yang telah terpapar doktrin ekstrem, baik dari penceramah radikal dalam negeri maupun pengaruh luar seperti Wahabi dan ISIS,” paparnya.
Meskipun belum memiliki cabang di seluruh daerah, PNIB tetap mampu melaksanakan Kirab Merah Putih secara konsisten di berbagai kota dengan dukungan masyarakat secara sukarela.
“Kami membuktikan bahwa dengan gotong royong dan militansi kecintaan terhadap Indonesia, kegiatan sebesar ini bisa terlaksana tanpa dukungan pendana besar. Merah Putih adalah harga mati bagi kami,” tegas Gus Wal.
Sebagai bentuk komitmen terhadap kerukunan antarumat beragama, Gus Wal juga mendesak pemerintah untuk menetapkan 16 November sebagai Hari Toleransi Nasional, bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional yang dicanangkan oleh UNESCO.
“Penetapan Hari Toleransi Nasional akan menjadi simbol sekaligus pengingat komitmen bangsa Indonesia dalam merawat kebhinekaan dan mencegah polarisasi berbasis identitas agama maupun budaya,” pungkasnya.
PNIB menegaskan bahwa nasionalisme bukan sekadar slogan, melainkan tindakan nyata yang diwujudkan dalam keberanian menolak paham-paham asing yang merusak keutuhan bangsa.
Dalam setiap langkahnya, PNIB terus mengedepankan semangat kebhinekaan, gotong royong, dan cinta tanah air tanpa syarat.@ *