Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia mencapai Rp9.210,8 triliun pada Desember 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 4,4%, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam laporannya, BI menyebutkan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,8% serta uang kuasi yang mengalami kenaikan sebesar 0,3%. Selain itu, jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) juga mengalami peningkatan sebesar 9,3% secara tahunan, mencapai Rp1.204,5 triliun.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyatakan bahwa pertumbuhan uang beredar sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi serta ekspansi kredit perbankan yang terus berlanjut. “Kondisi likuiditas tetap terjaga dan mendukung stabilitas sistem keuangan di tengah berbagai tantangan ekonomi global,” Kata dia.
Pertumbuhan M2 juga dipengaruhi oleh faktor penyaluran kredit yang mengalami pertumbuhan 9,1% secara tahunan, serta ekspansi keuangan pemerintah yang turut menopang likuiditas domestik.
Meskipun demikian, BI tetap mencermati dinamika perekonomian global dan domestik dalam menetapkan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dengan jumlah uang beredar yang terus meningkat, BI memastikan akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta mengendalikan inflasi agar tetap berada dalam kisaran target yang telah ditetapkan.
Dampak Terhadap Perekonomian
Para analis menilai bahwa peningkatan jumlah uang beredar dapat memberikan dorongan terhadap konsumsi masyarakat serta investasi. Namun, di sisi lain, perlu diwaspadai dampaknya terhadap inflasi, terutama jika pertumbuhan uang beredar tidak diimbangi dengan peningkatan produksi barang dan jasa.
Bank Indonesia diperkirakan akan terus memantau perkembangan ini dan menyesuaikan kebijakan suku bunga serta intervensi pasar guna memastikan stabilitas ekonomi nasional.