Get real time updates directly on you device, subscribe now.
SURABAYAPOSTNEWS.COM – Pengibaran bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di hotel Yamato (Majapahit Sekarang) memantik reaksi rakyat Surabaya yang telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Cerita dimulai Pada hari Rabu tanggal 19 September 1945, pasukan Sekutu/Belanda yang tergabung dalam Mastiff Carbolic, salah satu Organisasi Aksi Anglo Belanda di Surabaya mengunjungi markas tentara Jepang di Surabaya.
Pada saat yang sama, beberapa warga Belanda yang tergabung dalam Social Contact Committee mengibarkan bendera (bendera merah-putih-biru) di sisi kanan hotel Yamato.
Arek-arek Surabaya menganggap sikap ini sebagai bentuk penolakan kemerdekaan Indonesia.
Residen Soedirman datang ke hotel Yamato dan menyuruh panitia Sekutu untuk menurunkan bendera, namun hal itu ditolak oleh Ploegman.
Salah satu residen Soedirman Sidik juga terlibat negoasiasi di aula Hotel Yamato.
Naas, Negosiasi yang sedang berlangsung memanas. Dalam perundingan tersebut Ploegman menolak menurunkan bendera Belanda dan menolak mengakui kedaulatan Indonesia.
Ploegman kemudian mengeluarkan pistol, dan perkelahian pecah di aula pertemuan.
Pertarungan dimulai antara 20 tentara Belanda dan pemuda Surabaya yang berasal dari daerah Genteng, daerah Embong Malang, daerah Praban, dan daerah lainnya.
Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, kemudian Sidik dibunuh oleh seorang tentara Belanda menggunakan senapan.
Beberapa pemuda Surabaya berhasil merobek sisi biru bendera dan mengibarkan bendera merah putih yang diikuti dengan tepuk tangan dari masyarakat di bawah bendera di hotel Oranye.
Tercatat dalam peristiwa tersebut 4 pemuda Surabaya tewas, yaitu: Sidik, Mulyadi, Hariono, dan Mulyono. Sedangkan Dari pihak Belanda Ploegman dan beberapa tentara Belanda.@