Get real time updates directly on you device, subscribe now.
Surabaya – Sejak awal tahun 2025, laporan keracunan akibat makanan MBG terus bermunculan di berbagai daerah, dengan jumlah korban kini tercatat telah melampaui 1.000 orang.
Berdasarkan data yang dihimpun hingga awal Mei 2025, kasus keracunan makanan MBG tercatat di sejumlah daerah:
Cianjur, Jawa Barat – Sebanyak 78 siswa dilaporkan mengalami gejala mual dan muntah setelah menyantap menu MBG.
Kasus ini bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Dinas Kesehatan setempat.
Kemudian di Bandung – Sebanyak 332 siswa menjadi korban keracunan massal dengan gejala serupa.
Kasus dj Sragen, Jawa Tengah – Sebanyak 365 siswa dari 10 sekolah terpapar keracunan usai makan menu MBG.
Daerah lain – Beberapa laporan serupa muncul di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten, menambah total korban secara nasional.
Secara keseluruhan, jumlah korban keracunan makanan MBG sejak Januari hingga awal Mei 2025 mencapai lebih dari 1.036 orang.
Sebagian besar korban mengalami mual, muntah, sakit perut, dan diare. Rata-rata korban adalah siswa sekolah dasar yang langsung mendapat penanganan medis di puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Meski tidak ada korban jiwa, skala keracunan yang besar menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan pangan program ini.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh.
Ketua Komisi X DPR menilai bahwa program MBG tidak boleh mengabaikan aspek keselamatan anak. Pengawasan distribusi makanan, standar dapur, hingga kualitas bahan pangan harus diperketat agar kasus serupa tidak terulang.
Masalah bukan hanya pada makanan basi, tapi juga rantai distribusi panjang, minimnya fasilitas pendingin, serta tenaga pengolah makanan yang belum sepenuhnya terlatih.
Kasus keracunan yang berulang membuat sebagian orang tua mulai meragukan keamanan program ini. Sebagian sekolah bahkan memilih menghentikan sementara distribusi makanan MBG hingga ada jaminan keamanan dari pihak berwenang.