SURABAYA (SurabayaPostNews) – Kolaborasi 3 organisasi kemahasiswaan di Universitas Ciputra Surabaya, yakni Mentoring Department, Student Union Psychology, dan Student Representative Board menginisiasi program inovatif *Jendela Desa Inklusif (JDI)* di Desa Wonomerto Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Mengusung skema Desa Cerdas yang dibiayai oleh pemerintah, total 15 mahasiswa UC semester 3-7, menghadirkan Sembilan (9) pojok literasi beragam dan relevan dengan kebutuhan serta potensi Desa Wonomerto. Pojok-pojok literasi tersebut mencakup keterampilan dalam bidang Meronce, Crochet, Anyaman, Kolase, pengolahan Ampas Kopi, pemanfaatan Olahan Salak, pemanfaatan Biji Durian, Baking, Eco Printing, serta kemampuan Marketing.
Jony Eko Yulianto, S.Psi., M.A., Ph.D., Dosen Pendamping, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk meningkatkan kecakapan hidup masyarakat desa dengan memberikan pelatihan yang berfokus pada pengembangan kecakapan hidup, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Dengan 9 pojok literasi ini kami latih warga desa untuk mampu mengolah hasil lokal menjadi produk yang nilai jual. Seperti Durian dan Salak, melalui materi Pojok Olahan, akan muncul sebagai kue dan jajanan khas yang bisa dibuat sebagai oleh-oleh. Pojok Eco Printing meghasilkan aneka kerajinan seperti baju, selenadang, tamplak meja dengan Teknik percetakan alami. Ini tentu punya market dan harga yang baik,” terang Jony.
Jony memaparkan, pelaksanaan JDI melibatkan perangkat Desa Wonomerto sebagai mitra strategis yang membantu dalam proses mengidentifikasi peluang kolaborasi, penghubung antara warga desa dan sumber daya yang tersedia. Menariknya dari program ini pada sisi inklusivitas di mana diikuti peserta dengan latar belakang yang beragam.
“50 Peserta terdiri dari warga desa dimana ada yg berlatar belakang difabel maupun putus sekolah,” terang Jony. “Ini adalah bentuk komitmen Universitas Ciputra Surabaya dalam menghadirkan masyarakat yang inklusif. Disabilitas bukanlah keterbatasan. Kami lebih suka menggunakan istilah difabel, yang artinya differently able yaitu bahwa mereka memiliki kekuatannya sendiri”, Imbuhnya.
Fokus utama dari program JDI adalah pengembangan produk-produk lokal yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan hasil alam desa seperti salak, biji durian, dan ampas kopi. Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan baru, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan pemanfaatan sumber daya lokal secara bijaksana. Ini adalah langkah penting dalam mendukung ekonomi sirkular dan memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak merusak lingkungan sekitar.
Salah satu peserta pojok Olahan Salak dan Biji Durian mengatakan, ia senang karena dengan membuat produk kue dan snack bisa menambah penghasilan keluarga.
“Saya jadi mengerti cara memanfaatkan salak dan biji durian menjadi komodias yang lebih bernilai”, kata Bu Heri.
Menurutnya, Salak dan durian tidak langsung dijual tetapi dioleh terlebih dahulu menjadi kue, snack yang lezat dan menarik.
Jony mengaku program JDI juga mengupayakan untuk menjalin kemitraan dengan toko oleh-oleh sehingga produk-produk hasil Masyarakat desa yaitu makanan dan hasil kerajinan bisa dijual disana.
“Dengan demikian warga desa tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga memiliki saluran untuk menjual hasil karya mereka. Ini akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian desa dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, papar Jony.
Jony dan tim berharap bahwa program yang dilaksanakan sejak Juni sampai Oktober 2024 ini bisa membentuk ekosistem untuk pertumbuhan ekonomi lokal bagi kesejahteraan masyarakat. Desa Wonomerto diharapkan dapat menjadi contoh desa yang mandiri dan sejahtera, dengan memanfaatkan potensi lokal secara maksimal.
Harapan senada disampaikan oleh Siswoyo, Kepala Desa Wonomerto yaitu Desa yang dipimpin mengalami perubahan secara pola pikir dan pola tindak sehingga mampu berdampak pada peningkatan kesejahteraan.