Huruf Sebagai “Ucapan Perbuatan”: Pandangan Mistis Sahl bin Abdullah

Oleh: Junaedi

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

“Huruf adalah ucapan perbuatan, bukan ucapan substansi (dzat). Sebab huruf merupakan perbuatan dalam obyek yang diperbuat.”

Sahl Bin Abdullah

 

Pemikiran Sahl bin Abdullah tentang huruf sebagai “ucapan perbuatan” membawa kita pada pandangan esoterik mengenai bahasa dan makna yang lebih dalam. Untuk memahami pandangannya, kita perlu menjelajahi beberapa konsep penting dalam tradisi sufistik, terutama mengenai hubungan antara tindakan, penciptaan, dan kata-kata.

“Huruf sebagai “Ucapan Perbuatan”

Menurut Sahl bin Abdullah, huruf tidak dipahami sebagai substansi yang berdiri sendiri atau sebagai realitas yang tetap. Sebaliknya, huruf-huruf adalah hasil dari tindakan atau perbuatan. Dalam pandangan ini, huruf merupakan manifestasi dari aktivitas atau proses yang terjadi di dunia fisik, dan bukan entitas yang mandiri dan memiliki keberadaan tetap di luar tindakan tersebut.

Saat seseorang mengucapkan atau menulis huruf, apa yang terjadi bukanlah pengungkapan dari substansi tetap, tetapi wujud dari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh pelakunya. Pelaku ini bisa manusia, tetapi dalam konteks penciptaan, bisa juga Tuhan. Huruf-huruf ini, dalam pandangan Sahl, tidak bersifat statis atau abadi, tetapi dinamis—tercipta dan terwujud melalui tindakan nyata.

“Perbuatan dalam Obyek yang Diperbuat”

Pernyataan Sahl bin Abdullah bahwa huruf adalah “ucapan perbuatan” dan bukan “ucapan substansi” juga menekankan bahwa setiap huruf atau kata tidak memiliki eksistensi intrinsik. Huruf-huruf hanya menjadi nyata melalui tindakan yang mengungkapkannya. Dengan kata lain, huruf bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri tanpa adanya aksi atau proses yang membuatnya tampak.

Huruf-huruf ini menjadi bagian dari proses penciptaan, di mana tindakan penciptaan itu sendiri, baik yang dilakukan oleh manusia atau Tuhan, menjadi sebab bagi realitas huruf-huruf tersebut. Dalam konteks sufistik, ini mengarah pada gagasan bahwa kata-kata merupakan bagian dari manifestasi Ilahi, yang terwujud melalui kehendak dan tindakan-Nya.

Kata-kata adalah perwujudan dari perintah Ilahi, suatu tindakan yang memberikan bentuk kepada realitas.

“Ucapan sebagai Proses Penciptaan”

Dalam tradisi Islam, khususnya dalam ajaran mistis sufisme, kata-kata sering dikaitkan dengan penciptaan. Salah satu contoh yang paling mendasar adalah konsep penciptaan alam semesta melalui firman Allah, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an: Allah menciptakan dunia dengan perintah “Kun” (Jadilah).

Kata-kata tersebut adalah perwujudan dari tindakan penciptaan Ilahi, bukan sesuatu yang memiliki esensi atau keberadaan terpisah dari tindakan itu sendiri. Huruf-huruf yang terucap dalam proses ini adalah ekspresi dari perbuatan penciptaan, dan karena itu tidak dapat dipahami sebagai entitas yang berdiri sendiri. Mereka adalah hasil dari suatu proses yang terus berlangsung, mencerminkan dinamika penciptaan yang tiada henti.

Sahl bin Abdullah, melalui pandangannya yang mendalam, ingin menegaskan bahwa huruf-huruf tidak memiliki realitas substansial yang terpisah dari tindakan yang menciptakannya. Mereka adalah manifestasi dari kehendak atau tindakan, baik dari manusia maupun Tuhan, dan dengan demikian, mereka selalu dinamis, tidak pernah bersifat tetap.

Dalam pemahaman ini, tindakan menjadi kunci dalam memahami makna dan realitas huruf dan kata-kata.

Pandangan ini menunjukkan bahwa kata-kata bukanlah objek yang hampa atau mati, tetapi adalah bagian dari proses penciptaan yang aktif dan berkelanjutan.

Huruf-huruf adalah refleksi dari tindakan yang terus menggerakkan dunia, dan dalam kerangka sufistik, mereka adalah perwujudan dari hubungan antara tindakan Ilahi dan makhluk-Nya.

Wallahu A’lam

 

Penulis adalah Jurnalis

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.