SURABAYA (SurabayaPostNews) – Gerakan Coblos Kotak Kosong di Surabaya dihadapkan pada tantangan baru. Spanduk-spanduk sosialisasi yang mereka pasang di sejumlah titik di kota, tiba-tiba hilang. Diduga, hilangnya spanduk ini merupakan upaya pembungkaman terhadap gerakan yang menentang calon tunggal di Pilkada Surabaya.
Harijono, Ketua Gerakan Coblos Kotak Kosong, mengungkapkan kekecewaan atas hilangnya spanduk-spanduk sosialisasi. “Kami sudah melakukan sosialisasi kepada Bawaslu dan KPU, bahwa kotak kosong ini bukan peserta, namun tetap disediakan oleh KPU. Kami juga sudah mendapat izin dari kepolisian untuk memasang spanduk,” ujar Harijono.
“Namun, pagi setelah pemasangan, spanduk-spanduk kami sudah hilang. Diduga, spanduk-spanduk ini diambil oleh oknum yang diperintahkan oleh Lurah dan Camat,” tambah Harijono.
Harijono menilai, hilangnya spanduk ini merupakan bentuk pembungkaman terhadap gerakan mereka. “Mereka ingin membungkam suara rakyat yang ingin memilih kotak kosong. Ini adalah bentuk pelanggaran demokrasi,” tegas Harijono.
“Kami akan terus berjuang untuk mensosialisasikan gerakan ini kepada masyarakat. Kami ingin menegakkan demokrasi dan memastikan bahwa suara rakyat didengar,” lanjut Harijono.
Gerakan Coblos Kotak Kosong sendiri muncul sebagai bentuk protes terhadap sistem Pilkada yang dinilai tidak demokratis. Mereka menilai, calon tunggal di Pilkada Surabaya merupakan bentuk pemborongan demokrasi oleh partai politik.
“Kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa mereka memiliki hak untuk memilih kotak kosong. Ini adalah bentuk protes terhadap sistem yang tidak adil,” tutup Harijono.
Sosialisasi Gerakan Coblos Kotak Kosong sendiri dilakukan di perempatan lampu merah Taman Kebun Bibit, Senin, 28 Oktober 2024 sore pukul 16.00 wib.