SurabayaPostNews Perkembangan teknologi dan akses internet yang semakin luas mendorong tingginya tingkat konsumsi berita di Indonesia. Media daring (online) dan media sosial menjadi kanal utama bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi, meskipun tantangan seperti hoaks dan rendahnya literasi media masih menjadi perhatian.
Menurut survei Digital News Report dari Reuters Institute (2022), sekitar 88-89% masyarakat Indonesia, terutama di wilayah perkotaan, mengakses berita melalui media daring. Sementara itu, 68% responden mendapatkan berita dari media sosial seperti WhatsApp, YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok.
WhatsApp menjadi platform paling populer untuk berbagi berita, dengan 54% pengguna mengandalkan aplikasi tersebut. TikTok juga menunjukkan peningkatan signifikan sebagai sumber berita, terutama di kalangan generasi muda.
Portal berita daring masih menjadi pilihan utama masyarakat. Survei menunjukkan bahwa Detik.com dikonsumsi oleh 65% pembaca setidaknya sekali dalam seminggu, diikuti oleh Kompas.com (48%) dan CNN Indonesia (35%).
Di sisi lain, media tradisional seperti televisi (58%) dan media cetak (20%) masih bertahan, terutama di daerah dengan keterbatasan akses internet. Namun, dibandingkan dengan media daring, dominasi media konvensional terus menurun.
Meskipun tingkat konsumsi berita tinggi, kepercayaan masyarakat terhadap media di Indonesia masih tergolong rendah. Survei Reuters (2022) menunjukkan bahwa hanya 39% masyarakat yang percaya pada media secara keseluruhan.
Di antara media yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, CNN Indonesia (66%) dan Kompas (65%) menempati posisi teratas. Sebaliknya, berita yang tersebar di media sosial sering kali dianggap kurang kredibel akibat maraknya hoaks dan disinformasi.
Di luar konsumsi berita, literasi membaca masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan. Data dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menunjukkan bahwa Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) pada 2022 mencapai 63,9 poin (kategori tinggi), meningkat dari 59,52 poin pada 2021.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat baca secara keseluruhan, meskipun tidak secara spesifik hanya untuk konsumsi berita.
Salah satu tantangan utama dalam konsumsi berita di Indonesia adalah rendahnya literasi media. Banyak masyarakat yang hanya membaca judul atau cuplikan berita tanpa mendalami isi secara keseluruhan.
Hal ini berdampak pada maraknya penyebaran hoaks, terutama di media sosial, yang kerap memperburuk polarisasi di masyarakat. Kondisi ini diperparah dengan kecenderungan sebagian pengguna internet yang lebih reaktif terhadap berita, tanpa melakukan verifikasi informasi lebih lanjut.
Sementara data spesifik untuk 2025 belum tersedia hingga Maret 2025, tren diperkirakan akan terus berlanjut, dengan peran teknologi yang semakin besar dalam pola konsumsi berita masyarakat.