Gelombang Anarki: Serangan Terhadap Tesla dan Perbankan Model Aksi Efektif Kaum Anarkis

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SurabayaPostNews – Sejak 18 Maret 2025, Tesla milik Elon Musk menjadi sasaran gelombang sabotase di berbagai negara. Serangan ini tidak sekadar protes biasa, tetapi mencerminkan pola aksi anarkis yang lebih sistematis dan efektif dalam melumpuhkan operasi korporasi besar.

Dalam berbagai peristiwa sejarah, kelompok anarkis telah menggunakan strategi khusus untuk menekan sistem ekonomi dan pemerintah. Serangan terhadap Tesla mencerminkan beberapa pola yang telah digunakan dalam aksi-aksi anarki sebelumnya.

Sabotase Infrastruktur Kritis

Sabotase adalah strategi utama kaum anarkis dalam melemahkan sistem ekonomi dan kapitalisme. Target utama adalah infrastruktur yang menopang ekonomi perusahaan atau negara.

Kasus (Maret 2025), Di Jerman, kelompok tak dikenal membakar gardu listrik yang memasok daya ke Gigafactory Grünheide, menyebabkan pabrik berhenti beroperasi selama beberapa hari. Metode ini mirip dengan aksi sabotase di Prancis pada tahun 2019, ketika kelompok anarkis membakar kabel serat optik untuk melumpuhkan jaringan internet dan komunikasi nasional

Pola gerakan anarki juga dapat dilihat Pada 1999, selama protes WTO di Seattle, aktivis menutup jalan dan merusak pusat distribusi untuk menghambat perdagangan global.

Kemudian dalam gerakan Gilets Jaunes di Prancis (2018-2019), demonstran menargetkan pompa bensin dan fasilitas distribusi bahan bakar untuk melumpuhkan ekonomi domestik.

Serangan Langsung terhadap Simbol Kapitalisme

Anarkis sering menargetkan perusahaan atau figur yang dianggap sebagai simbol kapitalisme dan eksploitasi.

Kasus Tesla (Las Vegas, 18 Maret 2025), Seorang pria berpakaian hitam menyerang Tesla Collision Center dengan bom molotov dan senjata api, membakar lima mobil. Coretan “RESIST” tertulis di pintu menunjukkan aksi ini sebagai bentuk perlawanan simbolis.

Pada tahun 1970-an, kelompok anarkis seperti Baader-Meinhof di Jerman Barat menyerang bank dan kantor perusahaan multinasional sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalisme global.

Di Argentina (2001), sebuah kelompok menyerang bank dan pusat perbelanjaan sebagai protes terhadap krisis ekonomi dan pengaruh IMF.

Strategi ini bertujuan menciptakan ketidakstabilan sosial melalui aksi langsung yang melibatkan massa dalam jumlah besar seperti pada kasus Tesla (AS, 20 Maret 2025), terdapat Protes bertajuk “Tesla Takedown” terjadi di berbagai kota AS, dengan demonstran merusak kendaraan Tesla menggunakan palu dan melempar cat ke diler.

Aksi ini dikoordinasikan melalui media sosial dan forum bawah tanah, mirip dengan pola gerakan Black Bloc di Eropa.

Gerakan Occupy Wall Street (2011), meskipun tidak sepenuhnya anarkis, namun berhasil melumpuhkan distrik keuangan New York melalui protes dan okupasi jalan-jalan utama.

Aksi terorganisir Di Hong Kong (2019), demonstran menggunakan strategi desentralisasi untuk menghindari penangkapan, membuat pemerintah kesulitan meredam perlawanan.

Pelemahan Kepercayaan Publik terhadap Sistem

Anarkis lebih menargetkan kepercayaan publik terhadap institusi, baik pemerintah maupun perusahaan besar, untuk mendorong instabilitas lebih luas. Dengan menyerang Tesla sebagai simbol kapitalisme, kelompok anarkis tidak hanya merusak properti tetapi juga mempengaruhi persepsi publik.

Saham Tesla turun 15% dalam waktu seminggu, dan kepercayaan investor melemah akibat ancaman serangan lanjutan.

Selain aksi nyata, kaum anarki juga melakukan serangkaian serangan siber, kasus Hacking besar-besaran terhadap Sony (2014) oleh kelompok aktivis menyebabkan kerugian miliaran dolar dan merusak citra perusahaan secara total. 

Kemudian Skandal Cambridge Analytica (2018) menghancurkan kepercayaan terhadap Facebook, memicu aksi boikot dan tekanan regulasi yang merugikan perusahaan.

Serangan terhadap Tesla menunjukkan bahwa kaum anarkis  mampu mengorganisir aksi yang berdampak besar pada sistem ekonomi. Mereka juga menargetkan perusahaan lain yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah atau kapitalisme global.

Aksi aksi ini telah terbukti mampu melemahkan stabilitas ekonomi dengan menciptakan ketakutan di kalangan investor.

Dalam setiap aksi, Kaum anarki berfokus Mendorong pemerintah untuk merespons dengan kebijakan represif, yang justru dapat dijadikan pemantik  perlawanan lebih besar buat mereka.

Serangan terhadap Tesla hanyalah salah satu bab dalam perjuangan panjang antara kaum anarkis dan sistem kapitalisme. Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika ketidakpuasan publik mencapai titik didih, gerakan anarki dapat tumbuh menjadi kekuatan besar yang mengguncang fondasi ekonomi dan politik.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.