Surabaya, — Harga beras di sejumlah wilayah Indonesia kembali melonjak dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan ini menjadi perbincangan hangat dan masuk jajaran topik trending di pada Kamis malam.
Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras medium kini menembus Rp14.000 hingga Rp15.500 per kilogram, sementara beras premium bahkan mencapai Rp17.000-Rp18.500/kg di beberapa daerah, seperti Jabodetabek, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
Penyebab Kenaikan Harga Beras
Kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor utama:
- Kemarau panjang akibat El Niño sejak akhir 2024 membuat pasokan gabah menurun drastis.
- Distribusi logistik terhambat, terutama di wilayah timur Indonesia.
- Spekulan dan tengkulak mempermainkan harga di tingkat penggilingan.
- Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menipis menjelang akhir semester pertama 2025.
Menurut analis pangan dari INDEF, Dr. Aditya Ramadhan, Pemerintah harus segera menggelontorkan operasi pasar secara besar-besaran untuk menjaga stabilitas harga, “karena beras menyumbang inflasi pangan paling tinggi.” ujarnya.
Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kenaikan ini sangat memberatkan. Banyak warga terpaksa mengurangi konsumsi atau mengganti dengan bahan pokok alternatif seperti mie instan.
“Biasanya saya beli beras 5 kg Rp60.000, sekarang sudah hampir Rp90.000. Kalau begini terus, bisa-bisa makan sekali sehari,” ujar Siti Rohmah, warga Tambaksari, Surabaya.
Pemerintah melalui Perum Bulog telah mengumumkan akan menambah impor beras hingga 2 juta ton dari Thailand dan Vietnam untuk menstabilkan harga. Selain itu, program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) akan diperluas menjangkau 25 juta penerima manfaat pada Agustus mendatang.
Menteri Pertanian menyatakan bahwa panen kedua di beberapa daerah seperti Karawang dan Ngawi diprediksi akan mulai berlangsung awal Agustus, yang diharapkan bisa menekan harga kembali.
