SurabayaPostNews — Indonesia, yang tengah merancang pengembangan AI dengan visi menyaingi OpenAI dan DeepSeek, menghadapi tantangan berat dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, dan teknologi. Namun, bagaimana jika investasi tersebut dialihkan ke industri lain yang lebih matang dan berpotensi memberikan kendali yang lebih signifikan? Salah satu alternatifnya adalah membangun tambang Bitcoin dengan kekuatan dominan dalam jaringan.
Mengapa Bitcoin Mining?
Bitcoin telah berkembang menjadi ekosistem keuangan digital yang semakin mapan. Dengan memiliki infrastruktur pertambangan yang cukup besar, sebuah entitas dapat memperoleh kendali signifikan atas jaringan dengan dominasi daya komputasi yang tinggi. Keuntungan dari investasi ini antara lain:
- Aset Digital yang Terbukti – Bitcoin telah bertahan selama lebih dari satu dekade dengan kapitalisasi pasar triliunan dolar.
- Revenue Stream Jangka Panjang – Mining menghasilkan pendapatan berkelanjutan dari block rewards dan transaksi.
- Kemandirian Finansial – Memiliki infrastruktur mining yang besar dapat memperkuat posisi strategis suatu negara dalam ekonomi digital global.
Estimasi Biaya Tambang Bitcoin dengan Daya Dominan
Untuk mendapatkan dominasi jaringan Bitcoin sekitar 40-50%, diperlukan sekitar 412 EH/s dari total hashrate global saat ini sebesar 808 EH/s. Ini berarti kita perlu mengoperasikan sekitar 1,23 juta unit ASIC Antminer S21 Hydro, yang memiliki efisiensi dan performa tinggi.
Komponen | Jumlah | Harga per Unit | Total Biaya |
---|---|---|---|
ASIC Miner (Antminer S21 Hydro) | 1,23 juta unit | $4.000 | $4,92 miliar |
Infrastruktur & Pendinginan | – | – | $1 miliar |
Konsumsi Listrik (6.6 GW, $0.03/kWh per tahun) | – | – | $1,73 miliar |
Operasional (pemeliharaan, tenaga kerja, dll.) | – | – | $500 juta |
Total Tahun Pertama | – | – | $8,15 miliar |
Membandingkan dengan Investasi AI
Jika dibandingkan, pengembangan OpenAI dan proyek AI berskala besar lainnya memerlukan dana yang jauh lebih besar:
Proyek AI | Estimasi Biaya |
---|---|
OpenAI Stargate (2024-2025) | $100 miliar |
Investasi NVIDIA & Microsoft dalam AI | Puluhan miliar dolar |
Superkomputer China (Tianhe-3, Sunway TaihuLight) | Miliaran dolar |
Analisis Strategis
- Keuntungan Kompetitif – Indonesia lebih mungkin membangun keunggulan kompetitif di sektor mining Bitcoin dibandingkan AI, mengingat keterbatasan SDM dan infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk AI tingkat lanjut.
- ROI (Return on Investment) – Tambang Bitcoin memiliki kepastian pengembalian yang lebih cepat dibandingkan proyek AI, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk komersialisasi.
- Ekosistem Pendukung – AI memerlukan infrastruktur data center, superkomputer, dan talenta berkualitas tinggi, sementara Bitcoin mining “hanya” membutuhkan listrik murah dan hardware yang tersedia secara global.
Investasi dalam sektor AI memang penting untuk jangka panjang, tetapi membangun tambang Bitcoin dengan dominasi daya komputasi yang tinggi bisa menjadi pilihan yang lebih realistis dan menguntungkan. Dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pengembangan superkomputer atau model AI canggih, Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam ekonomi digital dengan memastikan kepemilikan atas infrastruktur blockchain yang lebih besar.
Akan tetapi hal ini juga harus mempertimbangkan faktor regulasi, ketersediaan energi, serta dampak ekonomi dan teknologi yang akan dihasilkan bagi pertumbuhan nasional.