Indonesia, sebagai negara dengan populasi penduduk tertinggi keempat di dunia yang kurang lebih menampung sekitar 283 jiwa, saat ini sedang dihadapi banyak sekali tantangan. Indonesia tentu saja memiliki potensi yang besar untuk tumbuh secara ekonomik dan juga sosial. Namun, bila tantangan-tantangan yang terus dihadapi negara ini tidak kunjung diselesaikan, hal tersebut dapat menjadi penghalang Indonesia untuk menjadi suatu negara maju.
Beberapa contoh dari tantangan yang dihadapi Indonesia sekarang adalah kesenjangan sosial serta ekonomi, kemiskinan, populasi yang berlebih, korupsi, kualitas pendidikan yang belum cukup bagus serta belum merata, akses layanan kesehatan yang masih cenderung mahal dan lain sebagainya.
Tidak hanya isu-isu tersebut, tetapi Indonesia juga dihadapi dengan salah satu faktor penghambat yang cukup besar. Apakah hal itu? Hal tersebut adalah fasilitas-fasilitas umum yang disalahgunakan oleh masyarakat sekitar.
Salah satu contoh fasilitas umum yang sering sekali disalahgunakan oleh masyarakat adalah trotoar. Trotoar atau jalan setapak biasanya ada di sebelah kanan dan kiri dari jalan utama. Trotoar dibangun dengan tujuan agar pejalan kaki dapat melakukan perjalanan mereka dengan aman serta untuk mengurangi resiko para pejalan kaki terkena kecelakaan. Trotoar juga memiliki fungsi untuk menyediakan akses kepada orang-orang penyandang disabilitas.
Trotoar merupakan hal penting yang dapat memudahkan hidup masyarakat, tetapi masih banyak sekali orang yang menyalahgunakan fasilitas ini. Sebagai contoh, banyak pengguna motor yang mengendarai motor mereka di tempat yang seharusnya menjadi tempat aman untuk pejalan kaki. Pengguna motor tersebut mengambil kesempatan karena ukuran motor yang muat pada trotoar. Mereka biasanya melakukan hal tidak benar ini untuk menghindari macet atau untuk berkendara dengan arah jalan yang berbeda dengan jalan utama. Di daerah yang padat, trotoar juga kerap kali disalahgunakan sebagai tempat parkir mobil dan motor. Lebih parahnya lagi, trotoar juga sangat sering diselewengkan menjadi tempat warung dan pedagang kaki lima.
Penulis adalah Mahasiswa