Get real time updates directly on you device, subscribe now.
SURABAYA (SurabayaPostNews.Com) — Tiga orang saksi dihadirkan dalam persidangan kasus ambruknya seluncuran di wahana kenpark, Kenjeran, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Mereka antara lain, Siti Saadatul Abdiyah Assyarqowi (20), Amellya Lailatul Sholiha (17) dan Moch. Efendi (28).
Dari keterangan Mochammad Efendi ini dapat diketahui, bahwa selama beroperasi Waterpark Kenjeran tidak memiliki SOP dalam hal keselamatan.
“Untuk di atas papan seluncuran, tidak ada petugasnya sama sekali,” ujar Moch. Efendi.
Meski papan seluncuran telah melebihi kapasitas, menurut dia tidak ada petugas yang memberikan peringatan kepada pengunjung.
“Para petugas itu juga tidak memberikan peringatan atau teguran kepada para pengguna waterslide, ketika jumlah pengguna waterslide sudah banyak apalagi melebihi ketentuan,” ungkapnya.
Tidak adanya SOP di Waterpark Kenjeran juga terungkap dari pernyataan saksi Siti Saadatul Abdiyah Assyarqowi.
Hal itu berawal dari sebuah pertanyaan Jaksa Uwais Deffa tentang keberadaan sebuah tulisan atau papan peringatan.
“Saya tahu kalau ada papan itu. Tapi saya tidak membaca, tulisan apa yang tercantum di papan itu,” kata Siti Saadatul Abdiyah Assyarqowi.
Saksi Moch. Efendi juga menjelaskan detik-detik ambrol nya seluncuran, saat ia menaiki waterslide untuk kedua kalinya, dia melihat papan seluncur itu sudah terisi sekitar 17 orang.
“Ada 17 orang yang sudah ada dipapan seluncur. Semua orang yang ada di papan seluncur itu siap meluncur,” kata dia.
Namun, lanjut saksi Efendi, dibagian paling ujung papan seluncur, ada sosok anak laki-laki yang menghalang-halangi.
“Karena dihalang-halangi, laju air pun tidak lancar. Para pengunjung yang naik di papan seluncur itu jadi tertahan,” Jelasnya.
Akibat ada orang yang menghalangi, air pun meluber kesamping papan seluncur. Tak lama kemudian, terdengar suara kretek-kretek.
“Papan seluncur pun patah dan akhirnya ambrol,” tandasnya@ *