SurabayaPostNews — Uang fiat adalah mata uang yang tidak memiliki nilai intrinsik dan nilainya dijamin oleh pemerintah atau otoritas moneter. Di bawah sistem uang fiat, pemerintah dapat mencetak lebih banyak uang dengan relatif mudah tanpa harus memikirkan adanya ketersediaan harta fisik seperti logam mulia.
Meskipun ini memberi fleksibilitas, juga dapat memiliki dampak yang signifikan terutama dalam konteks perang.
Berikut beberapa cara sistem uang fiat dapat mendukung pembiayaan dalam perang:
1. Pendanaan:
Pemerintah yang terlibat dalam perang dapat mencetak lebih banyak uang untuk mendanai biaya perang seperti persenjataan, pasukan, dan infrastruktur.
2. Model Utang Pemerintah:
Dalam situasi perang, pemerintah dapat meminjam uang dari pasar dengan menerbitkan obligasi atau surat utang. Peminjaman ini dapat dilakukan dalam bentuk mata uang fiat. Pemerintah meminjam uang dari masyarakat atau lembaga keuangan dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan. Peminjaman ini membantu mendanai biaya perang tanpa perlu mencetak uang lebih banyak, tetapi juga meningkatkan utang pemerintah.
3. Efek Terhadap Ekonomi:
Pembiayaan perang dengan mencetak lebih banyak uang atau meningkatkan utang dapat memberi dampak jangka panjang pada ekonomi. Pertumbuhan utang pemerintah dapat membebani generasi mendatang dengan pembayaran bunga dan mengganggu stabilitas ekonomi jangka panjang.
4.Sifat Global Uang Fiat:
Uang fiat adalah mata uang yang diterima secara luas di seluruh dunia. Ini memungkinkan pemerintah untuk menjalankan perdagangan dan mendapatkan sumber daya untuk perang dari negara-negara mitra dagang. Meskipun hal ini memberi kemudahan, juga dapat menyebabkan kompleksitas geopolitik dan ekonomi.
Sebagai contoh biaya perang besar yang pernah dialami Amerika Serikat termasuk Perang Dunia II, Perang Vietnam, Perang Korea, dan Perang Irak.
Banyaknya peperangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat menguras asset dan sumberdaya sehingga membuat kekacauan ekonomi. Sampai muncullah ide sisitem uang Fiat pada 1971. Dimana pencetakan uang tidak lagi di backup oleh asset fisik seperti emas dan perak sehingga uang yang diedarkan tidak lagi memiliki nilai iterinsik.
Perang Dunia I (1917-1918):
Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia I dan menyumbang biaya militer yang signifikan. Estimasi biaya total perang bagi Amerika Serikat adalah sekitar $30 miliar.
Perang Dunia II (1941-1945):
Amerika Serikat mengalami biaya perang terbesar dalam sejarahnya selama Perang Dunia II. Estimasi biaya total perang berkisar antara $4 triliun hingga lebih dari $5 triliun, setelah memperhitungkan inflasi.
Fase Keterpurukan Pendanaan
Perang Vietnam (1955-1975):
Perang Vietnam juga memiliki biaya yang besar. Estimasi biaya total perang untuk Amerika Serikat adalah sekitar $168 miliar.
Perang Teluk Pertama (1990-1991):
Amerika Serikat terlibat dalam Perang Teluk Pertama melawan Irak. Biaya operasi militer ini diperkirakan mencapai lebih dari $60 miliar.
Perang di Irak dan Afghanistan (2001-2021):
Biaya operasi militer Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan diperkirakan mencapai ratusan miliar dolar.
Pada 5 Juni lalu Amerika Serikat hampir saja bangkrut atau gagal bayar utang. Dimana pagu utang AS adalah 31,4 triliun dollar AS. Saldo utang AS sudah mencapai batas pada Januari 2023. Namun kegiatan pemerintah terus minta dibiayai termasuk untuk bantuan perang ke Ukraina.
Departemen Keuangan AS menyatakan telah kehabisan uang untuk membayar kewajiban-kewajiban pemerintah federal per Juni kecuali pagu utang dinaikkan atau ditangguhkan.
Pemerintah AS melalui Kongres akhirnya menyetujui plafon kenaikan utang. Maksudnya adalah kembali utang untuk bayar utang.
Kongres Amerika Serikat (AS) meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang didukung Presiden Joe Biden untuk menaikkan plafon utang AS sebesar US$ 31,4 triliun.