Tarif Impor 0% AS: Peluang Emas bagi Pabrik Jepang dan Asing di AS melalui Transhipment

Opini Redaksi

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Kebijakan tarif impor 0% untuk produk AS yang masuk ke Indonesia, sebagai bagian dari kesepakatan bilateral untuk menurunkan tarif ekspor Indonesia ke AS dari 32% menjadi 19% pada Juli 2025, telah menciptakan celah peluang bagi perusahaan asing yang memiliki fasilitas produksi di Amerika Serikat.

Perusahaan-perusahaan Jepang, Korea Selatan, dan negara lain yang berinvestasi besar di AS dapat memanfaatkan celah transhipment untuk meningkatkan keuntungan mereka di pasar Indonesia. 

Dengan tarif 0%, barang yang diproduksi atau dirakit di AS—meskipun oleh perusahaan Jepang, Korea, atau Eropa—dapat masuk Indonesia tanpa hambatan bea masuk, terutama di sektor otomotif, elektronik, dan barang konsumsi.

Jepang, sebagai salah satu investor terbesar di AS, memiliki peran signifikan melalui perusahaan seperti Toyota, Honda, dan Nintendo.

Toyota dan Honda, yang memiliki pabrik besar di Ohio, Alabama, dan Indiana, memproduksi jutaan kendaraan seperti Toyota Camry dan Honda CR-V setiap tahun. Dengan tarif 0%, kendaraan ini dapat dijual di Indonesia dengan harga lebih mbois dibandingkan merek seperti Wuling atau Esemka, yang masih bergulat dengan biaya produksi.

Komponen elektronik Nintendo yang dirakit di AS juga dapat diekspor ke Indonesia tanpa bea masuk.

Barang Jepang yang diekspor langsung dari Jepang ke Indonesia sering menghadapi tarif impor atau aturan anti-dumping. Dengan memproduksi di AS dan memanfaatkan label “Made in USA,” perusahaan Jepang dapat menghindari hambatan ini, meningkatkan margin keuntungan.

Selain Jepang, perusahaan dari Korea Selatan dan Eropa juga diuntungkan seperti Hyundai dan Kia, dengan fasilitas produksi di Georgia dan Alabama, dapat mengekspor SUV dan sedan ke Indonesia tanpa tarif. 

Untuk Eropa, Perusahaan seperti Volkswagen (pabrik di Tennessee) dan  BMW (South Carolina) dapat mengekspor kendaraan premium seperti VW Atlas atau BMW X-series ke Indonesia.

Demikian pula, raksasa farmasi seperti Novartis (Swiss) dengan fasilitas di AS dapat memasok obat-obatan ke Indonesia tanpa bea, memperkuat posisi mereka di sektor kesehatan.

Dengan tarif 0%, perusahaan asing di AS dapat meningkatkan volume ekspor ke Indonesia, dan mengurangi ketergantungan pada pasar domestik AS. Barang dari pabrik AS memiliki keunggulan harga dibandingkan produk dari negara asal yang menghadapi tarif tinggi atau aturan anti-dumping Indonesia, seperti tekstil China (tarif hingga 200% pada 2023).

Perusahaan dapat memanfaatkan AS sebagai hub produksi untuk barang yang awalnya ditujukan bagi pasar lain. Misalnya, komponen dari Jepang atau Eropa dirakit di AS, lalu diekspor ke Indonesia dengan label “Made in USA,” .@

Get real time updates directly on you device, subscribe now.