Danantara: Mesin Uang Ajaib atau Jebakan Utang?

Oleh: Wong Ndeso

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Pengumuman  Danantara, membuat semua mata tertuju pada proyek ambisius ini. Katanya, ini akan menjadi solusi untuk mengelola aset BUMN secara lebih efisien. 

Apabila boleh berkata jujur—bukankah ini hanya cara baru untuk mencari likuiditas instan di tengah menurunnya minat investor asing?

Jika diperhatikan lebih dalam, Danantara lebih mirip “pabrik pencetak uang terselubung” Alih alih dikampanyekan sebagai “Temasek” Versi Indonesia.

Jika kita melihat lebih jauh ada potensi Skema Obligasi atau aksi Sulap Likuiditas dalam Sekejap!

Bagaimana cara Danantara mendapatkan uang? Jawabannya Sederhana

1. Terbitkan obligasi.

2. Tunggu sejenak hingga pasar kurang berminat.

3. Masukkan Bank Indonesia dan beberapa investor strategis ke dalam skema.

4. Voila! Likuiditas baru mengalir!

Jika skenario ini benar, maka Bank Indonesia akan berperan sebagai penyerap obligasi utama, alias membeli utang negara dengan uang yang diciptakan dari udara.

Secara teori, ini bisa dianggap monetisasi utang terselubung, sesuatu yang seharusnya dilarang karena bisa merusak stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Peran 9 Naga: Penguasa Bayangan di Balik Danantara?

Kita semua tahu bahwa dalam setiap gerakan ekonomi besar di Indonesia, ada kelompok elite ekonomi yang dikenal sebagai “9 Naga”. Mereka ini memiliki akses eksklusif ke proyek-proyek strategis dan sumber daya keuangan yang sulit disentuh oleh publik biasa.

Dengan Danantara, mereka berpeluang membeli obligasi dengan harga lebih menguntungkan dan pada akhirnya mengontrol sektor-sektor vital tanpa perlu repot membangun bisnis dari nol atau ekspansi.

Jika kita belajar dari sejarah. Saat bank sentral terlalu banyak menyerap obligasi negara maka Risiko inflasi meningkat karena peredaran uang tanpa dukungan produktivitas nyata.

Artinya ketergantungan pemerintah pada BI semakin besar, yang berarti kebijakan moneter bisa kehilangan independensinya. Akhirnya, masyarakat yang akan membayar harganya melalui kenaikan harga barang dan jasa.

Jika skema ini tidak dikontrol secara serius maka Danantara hanya akan menjadi kendaraan bagi segelintir elite untuk menumpuk kekayaan dengan jaminan negara, sementara rakyat menanggung akibatnya dalam bentuk daya beli yang menurun.

Alih-alih menjadi solusi pengelolaan aset negara, Danantara justru berisiko menjadi alat penyelamatan bagi BUMN bermasalah dan elite ekonomi dengan mengorbankan stabilitas moneter jangka panjang.

Pertanyaannya, siapakah pembisik ide Danantara ini?

Get real time updates directly on you device, subscribe now.