Kilang Minyak di Surabaya: Jejak Sejarah dari Masa Kolonial

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SURABAYA (SurabayaPostNews) — Kota Surabaya, yang kini menjadi salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang sebagai pusat industri dan perdagangan sejak masa kolonial. Salah satu aspek penting dari perkembangan kota ini adalah kehadiran kilang minyak, yang memainkan peran vital dalam industri minyak dan bahan bakar pada zamannya. Berikut adalah jejak sejarah kilang minyak di Surabaya pada masa kolonial:

Awal Mula Kilang Minyak di Surabaya

Kehadiran kilang minyak di Surabaya bermula pada abad ke-19, ketika Belanda menguasai wilayah Hindia Belanda, termasuk Indonesia. Penemuan minyak di Sumatera Utara pada tahun 1885 memicu minat untuk mengeksplorasi lebih lanjut potensi sumber daya alam di wilayah lain. Pada tahun 1887, sebuah perusahaan Belanda bernama “Nederlandsch-Indische Industrie en Handel Maatschappij” mendirikan kilang minyak pertama di Surabaya.

Perkembangan Industri Minyak di Surabaya

Pada awalnya, kilang minyak di Surabaya berfokus pada pemrosesan minyak bumi mentah dari Sumatera Utara dan Kalimantan. Minyak mentah ini kemudian diolah menjadi berbagai produk, seperti bahan bakar untuk transportasi, pelumas industri, dan berbagai produk turunan lainnya.

Dengan berkembangnya industri perkapalan dan transportasi di Surabaya, permintaan akan bahan bakar semakin meningkat. Hal ini mendorong perkembangan dan ekspansi kilang minyak di kota ini. Beberapa perusahaan minyak besar Belanda, seperti “Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot Exploitatie van Petroleumbronnen in Nederlandsch-Indie” (Koninklijke atau Royal Dutch Shell) dan “Nederlandsch-Indische Petroleum Maatschappij” (Nederlandsch-Indische atau NIAM), juga membuka kilang minyak di Surabaya.

Dampak Kilang Minyak di Surabaya

Kehadiran kilang minyak memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan Surabaya pada masa kolonial. Industri minyak menjadi salah satu sektor ekonomi utama di kota ini dan menyediakan banyak lapangan kerja bagi penduduk setempat. Selain itu, kilang minyak juga memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan pemerintah kolonial dari sektor ekspor minyak dan produk turunannya.

Jadi Sasaran Bom Tentara Sekutu

Pada masa Perang Dunia II, Surabaya menjadi salah satu target utama pengeboman oleh Sekutu karena pentingnya sebagai kota industri dan pelabuhan strategis di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Selama Perang Dunia II, wilayah Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, yang merupakan bagian dari Blok Poros.

Pada tanggal 17 Mei 1944, kilang minyak di Surabaya menjadi sasaran serangan udara oleh pesawat Sekutu. Pengeboman ini merupakan bagian dari kampanye Sekutu untuk menghancurkan infrastruktur industri Jepang di wilayah Hindia Belanda dan mengganggu pasokan minyak bumi dan sumber daya lainnya yang dimiliki Jepang.

Serangan udara tersebut menyebabkan kerusakan yang signifikan pada kilang minyak dan fasilitas terkaitnya di Surabaya. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada kilang minyak, tetapi juga berdampak pada kota dan penduduknya. Sejumlah warga sipil juga menjadi korban dalam serangan udara tersebut.

Selama Perang Dunia II, banyak wilayah di Hindia Belanda mengalami penindasan, penderitaan, dan kerusakan akibat dari pertempuran dan serangan udara oleh berbagai pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Pengeboman kilang minyak di Surabaya adalah bagian dari perang yang berkecamuk dan menggugah kenangan tentang penderitaan dan kerugian yang dialami oleh kota dan penduduknya pada masa tersebut.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.