Get real time updates directly on you device, subscribe now.
Jakarta – Mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dijemput paksa oleh tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis malam (12/10).
Pukul 19.15 WIB, tiga mobil memasuki area Gedung Merah Putih KPK, Setiabudi, Jakarta Selatan, dan berhenti di depan lobby gedung tersebut. Petugas KPK dan kepolisian bersenjata laras panjang menggiring Syahrul Yasin Limpo menuju ruang pemeriksaan di lantai 2 Gedung Merah Putih KPK.
Dalam penjemputan ini, Syahrul Yasin Limpo mengenakan jaket hitam, topi, dan masker yang menutup wajahnya. Tangannya telah dipasang borgol besi.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari KPK mengenai lokasi dan alasan penjemputan paksa Syahrul Yasin Limpo.
Mantan Menteri Pertanian dan politikus Partai Nasdem ini baru-baru ini diumumkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi yang melibatkan pemerasan pejabat di Kementerian Pertanian serta dugaan penerimaan gratifikasi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, dan Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementerian Pertanian, Muhammad Hatta, juga telah dijadikan tersangka dalam kasus ini.
KPK telah menahan tersangka Kasdi.
Dalam perkara ini, Syahrul Yasin Limpo, saat menjabat Menteri Pertanian, diduga terlibat dalam kebijakan personal yang terkait dengan pungutan maupun setoran. Ini termasuk pengambilan uang dari aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian untuk keperluan pribadi dan keluarganya.
Syahrul, bersama Kasdi dan Hatta, memerintahkan pengumpulan uang dari berbagai tingkatan eselon di Kementerian, termasuk Direktur Jenderal, Kepala Badan, dan Sekretaris. Besaran uang berkisar antara 4 hingga 10 ribu dolar AS per bulan.
Total dana yang diduga diterima oleh Syahrul Yasin Limpo, Kasdi, dan Hatta mencapai sekitar Rp13,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pembayaran cicilan kartu kredit dan mobil Alphard yang dimiliki oleh Syahrul Yasin Limpo.