Jakarta — Perusahaan teknologi asal Amerika Tools for Humanity (TFH) mulai melakukan ekspansi ke Indonesia, ini tampaknya bukan sekadar upaya memperluas pasar, tetapi juga bagian dari strategi geopolitik teknologi.
Munculnya DeepSeek, model AI asal Tiongkok yang semakin berkembang, berpotensi menjadi ancaman bagi dominasi OpenAI dan perusahaan-perusahaan teknologi Amerika.
Ekspansi TFH ke Indonesia bisa dilihat sebagai langkah mitigasi untuk mempertahankan pengaruh teknologi Amerika di indonesia sekaligus mengurangi peluang DeepSeek.
Dengan latar belakang TFH yang berfokus pada blockchain dan identitas digital, serta keterlibatan Sam Altman—tokoh kunci di balik OpenAI—ada indikasi bahwa kehadiran mereka di Indonesia bisa menjadi bagian dari persaingan global dalam teknologi AI
Amerika Serikat secara geopolitik berupaya untuk tetap unggul dalam pengembangan AI, blockchain, sekaligus mencegah dominasi teknologi dari Tiongkok. Dengan makin banyaknya negara yang mulai mengadopsi solusi AI dan blockchain lokal, perusahaan-perusahaan Amerika kini lebih agresif dalam ekspansi guna mengamankan posisinya di pasar dan melihat Indonesia sebagai sasaran empuk.
Di Indonesia, TFH bisa mengambil peran besar dalam integrasi identitas digital berbasis blockchain yang sejalan dengan proyek-proyek nasional seperti identitas digital pemerintah dan pemanfaatan AI dalam administrasi publik. Namun, langkah ini juga bisa menjadi awal dari persaingan lebih luas antara infrastruktur digital berbasis Barat dan Tiongkok di Asia Tenggara.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, mengingatkan masyarakat untuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) secara bijak. Menurutnya, AI memiliki manfaat besar, tetapi juga berpotensi disalahgunakan jika tidak diawasi dengan baik.
“AI memang sangat membantu di satu sisi, tetapi di sisi lain juga bisa membawa dampak negatif jika digunakan secara tidak bertanggung jawab. Karena itu, kita harus cermat dan waspada dalam memanfaatkannya,” ujar Cak Imin dalam diskusi publik yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Ia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memastikan pengembangan AI berjalan secara adil dan transparan, tanpa merugikan pihak mana pun. “Kami akan terus mengawal agar AI berkembang secara inklusif, tidak menimbulkan ketimpangan, serta benar-benar bermanfaat bagi semua,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Cak Imin juga menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam penerapan AI di berbagai sektor, termasuk dalam sistem data sosial ekonomi nasional. “Ke depan, AI akan semakin berperan dalam memperkuat data tunggal sosial ekonomi nasional. Misalnya, dengan identifikasi retina, sehingga penyaluran bantuan sosial lebih tepat sasaran dan tidak disalahgunakan,” jelasnya.
Diskusi ini diselenggarakan oleh FPCI bersama perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Tools for Humanity (TFH) dengan target Indonesia menjadi market perusahaan AI asal Amerika. @