SurabayaPostNews — Bank Sentral Turki mengambil langkah drastis dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 50%, meningkat dari sebelumnya 45%, sebagai respons terhadap lonjakan inflasi yang mencapai angka 70% menjelang Pemilu. Keputusan ini datang setelah periode jeda pada bulan sebelumnya, yang membuat banyak ahli yakin bahwa penahanan suku bunga akan dilanjutkan. Namun, inflasi kronis terus berlanjut, mendorong bank sentral untuk secara tak terduga menaikkan suku bunga utamanya.
Kenaikan suku bunga acuan ini memiliki dampak signifikan pada pinjaman masyarakat, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Saat suku bunga acuan naik, bank-bank cenderung menaikkan suku bunga pinjaman mereka untuk menyesuaikan dengan biaya tambahan yang mereka hadapi. Akibatnya, masyarakat yang ingin mengambil pinjaman, terutama KPR, harus bersiap untuk membayar lebih banyak bunga atas pinjaman mereka.
Langkah ini juga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, khususnya dalam pembelian rumah dan properti. Kenaikan suku bunga pinjaman dapat membuat pembelian rumah menjadi lebih mahal bagi calon pembeli, karena pembayaran bulanan mereka akan meningkat.
Meskipun langkah ini diambil untuk meredam inflasi yang tinggi dan menstabilkan mata uang nasional, namun dampaknya terhadap masyarakat perlu dipertimbangkan.
Bank Sentral Turki menyatakan dalam rilis resmi, akan terus memantau situasi ekonomi dan kebijakan moneter guna mengatasi tantangan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Bank tersebut mengatakan bahwa keputusan untuk mulai menaikkan suku bunga lagi – setelah jeda singkat bulan lalu yang menyebabkan analis pasar percaya bahwa suku bunga akan ditahan lagi – terjadi sebagai respons terhadap “memburuknya prospek inflasi”.
Inflasi masih merajalela di Turki. Indeks harga konsumen inti naik sebesar 72,89% pada bulan Februari 2024 dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2023. Sementara itu, inflasi tahunan terakhir tercatat hampir 70% pada bulan Februari, yang merupakan angka tertinggi dalam 15 bulan terakhir.