SURABAYA (SurabayaPostNews) – Prof Christina Eviutami Mediastika, S.T. Ph.D. dan Lya Dewi Anggraini, S.T., M.T., Ph.D, Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Ciputra (UC) mengajak 15 siswa buta dari Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) untuk berenang bersama.
Siswa tersebut diajak berenang di kolam renang Surabaya Suites Hotel sebanyak 2 kali yaitu ditanggal 24 dan 31 Oktober lalu. Surabaya Suites Hotel mendukung kegiatan ini dengan memberikan harga yang lebih rendah dari harga umum. Hal ini sebagai bentuk kepedulian UC dan Surabaya Suites atas keberadaan rekan buta di sekitar kita.
Evi, panggilan akrab Prof Christina, menjelaskan bahwa kegitan ini berlanjut pada tanggal 18 November 2023 saat siswa buta akan di ajak bermain air langsung di Pantai Dalegan, Gresik.
“Kegiatan ini melibatkan 11 mahasiswa UC dan 5 guru YPAB. Berenang tentunya menjadi kegiatan yang menyenangkan asal bisa dilakukan dengan aman. Siswa buta dibekali dengan pengetahuan dan juga ada pendampingan dari mahasiswa saat berenang,” terang Evi.
Evi memaparkan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah agar keberanian siswa buta terhadap air dapat menjadi bekal dalam kehidupan mereka sehari-hari menjadi manusia yang mandiri (menguasai life-skill).
“Bagi mereka yang buta sejak lahir dan belum pernah melihat air, ketakutan itu ada dan harus diatasi dengan pengenalan terhadap air secara nyata dengan masuk ke dalam air secara sesungguhnya,” terang Evi.
Sebelum masuk ke kolam renang siswa buta diingatkan kembali tentang pelajaran fisika seperti tentang sifat air, berat jenis manusia yang lebih kecil dari air sehingga akan mengambang dalam air, juga paru-paru manusia hidup ada udara yang bersifat seperti pelampung yang mampu mengambang. Hal ini membuka wawasan siswa buta sehingga timbul rasa tenang dan berani mulai berenang,
Lya menjelaskan, bahwa 15 siswa buta ini ada yang mengalami kebutaan tidak sejak lahir bahkan ada yang mengalami buta sebagian, sehingga lebih tenang dan langsung berani belajar berenang. Sedikit berbeda dengan siswa yang buta sejak lahir tentu ada perasaan takut untuk masuk ke kolam.
“Semua peserta sangat antusias. Ketakutan yang awalnya dirasakan bisa ditanggulangi dengan pendampingan dari mahasiswa. Saat sudah beradaptasi, rasa senang bermain air pun dirasakan sampai enggan untuk keluar dari kolam renang,” terang Lya.
Mahasiswa juga menikmati bermain bersama, bahkan beberapa merasa tidak ada batasan antara yang buta dan yang awas ketika berada di air, karena tidak ada batas ketika semua bisa bergerak dan bermain bersama, tertawa bersama, menikmati air yang mendinginkan suhu udara ketika cuaca sekitar sangat panas.
Dua kali pengalaman belajar berenang di kolam renang ini mempersiapkan siswa buta untuk diajak masuk dalam pengalaman bermain air yang lebih menantang yaitu di Pantai Dalegan.
“Siswa buta yang sudah 2 kali berlatih mengalahkan takutnya bahkan beradaptasi dengan air, pada tanggal 18 November ini akan kita ajak untuk bermain air di Pantai Dalegan,” terang Evi.
Evi berharap, pengalaman ini dapat menjadi motivasi siswa buta untuk mengenal dunia luas tanpa rasa takut. Dalam hal ini tidak takut berada dalam air seperti kolam renang bahkan Pantai dan air laut. Evi juga berharap ada nilai-nilai baik yang mahasiswa serap saat berkegiatan bersama siswa buta, yaitu dalam hal empati.
“Dengan berkegiatan bersama siswa buta, mahasiswa secara tidak langsung mengamati keterbatasan dari siswa buta, sehingga mendorong mereka berpikir untuk mulai menciptakan desain lingkungan yang mengakomodasi kebutuhan siswa buta tersebut. Sehingga suatu hari nanti fasilitas umum pun ramah untuk teman-teman difabel,” pungkas Evi.