Mail: “Golongan Penerima Uang Tunai”Peluang Caleg Berkantong Tebal 

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

MALANG (Surabayapostnews) – Perilaku korupsi merupakan yang harus disikapi dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,mengingat Negara Indonesia saat ini sedang krisis multi dimensi.

Dalam menghadapi pesta pemilu 2024 mendatang, masyarakat cerdas dalam mengikuti pemilihan umum (pemilu) pada 14 Februari 2024,masyarakat harus mampu menyeleksi pilihannya dan mendukung calon wakil rakyat yang benar.

Hal ini disampaikan Muhamad Ismail Hasan,wartawan senior yang pernah bertugas di wilayah Malang Raya, sekarang terjun kedua politik sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Malang Dapil 5 dari Partai Demokrat Nomor 7.

“Saat ini Bangsa Indonesia berupaya melibatkan peran serta pemuda- pemudi untuk dapat berperan aktif dalam pesta demokrasi melalui edukasi pendidikan politik,”kata Mail, Senin (20/11/2023).

Perlu diketahui,menurut Mail banyak oknum politisi ketika sudah menduduki jabatannya,mereka mengkhianati amanah yang diberikan rakyat pada pemilu sebelumnya.

“Ketika oknum wakil rakyat terjerat kasus korupsi, itu merupakan penghianat rakyat.Bagaimana tidak? Oknum tersebut sebelumnya sudah didukung dan dipilih,namun masih tega melakukan tindak pidana korupsi untuk kepentingan pribadi atau sekelompok tertentu,”seru Mail.

Ini lanjutnya,terjadi karena dalam kontestasi politik kerap diketahui oknum mayarakat melakukan dukungan dan pilihannya pada salahsatu caleg karena dasar “golongan penerima uang tunai “(Golput).

“Ketika dukungan masyarakat kepada salah satu caleg melalui jalan “Golput” maka sangat sulit negeri ini akan bersih dari korupsi,” ungkapnya.

Olehkarena itu,ia berpendapat praktik – praktik tersebut,bakal jadi rintangan bagi calon wakil rakyat yang berkantong kempes alias tidak punya uang.

“Itu akan menjadi rintangan bagi caleg yang tidak mengantongi uang, dan praktik – praktik tersebut jadi peluang  besar bagi caleg berkantong tebal,” ungkapnya.Terlebih ungkap dia, oknum masyarakat mau memilih (mencoblos) asal ada uang atau sesuatu yang diberikan pada dirinya. Fenomena seperti ini, menurut Mail perlunya tingkat kesadaran dan keimanan serta ketaqwaan bersama.

“Ini menjadi sebuah perjuangan bersama,dan harus diberi pendidikan moril agar persepsi mereka tidak salah dalam bermain politik,”terangnya.

Itu terang dia,mereka telah melawan lupa,dan oknum masyarakat kerap diketahui banyak berharap mendapatkan imbalan uang maupun barang untuk memberikan dukungan kepada calon yang akan dipilih ketika hajat pemilu berlangsung.(Gus)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.