Marak Kasus Kekerasan Seksual Di Lingkungan Pendidikan, Begini Edukasi Menurut Asosiasi psikologi forensik

lebih menekankan edukasi dan pemahaman permasalahan sexualitas sejak dini, dengan penyampaian yang mudah dipahami oleh anak kecil

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SURABAYA (SurabayaPostNews) – Maraknya Kasus Pelecehan sexual atau pancabulan akhir-akhir ini di lingkungan pendidikan, memantik keprihatinan berbagai pihak.

Asosiasi psikologi forensik (APSIFOR) Jawa Timur bekerjasama dengan Universitas Ciputra
menggelar seminar bertemakan waspada predator sexual di sekitar kita, yang digelar di Dian Auditorium Universitas Ciputra, Surabaya, Rabu (27/7/2022).

Bertindak sebagai narasumber Reni Kusuma Wardhani, ketua asosiasi psikologi forensik Indonesia dan Hudi Winarso spesialis andrologi dan konsultasi seks Universitas Ciputra Surabaya. Keduanya menyoroti permasalahan kekerasan sexual yang akhir-akhir ini justru terjadi di lingkungan pendidikan.

Hudi Winarso spesialis andrologi dan konsultasi seks Universitas Ciputra Surabaya menuturkan, dalam menyikapi kemungkinan pelecehan sexual di lingkungan pendidikan ada berbagai cara contohnya di Universitas Ciputra.

“Sarana dan prasarana yang ada di Universitas Ciputra di desain sedemikian rupa untuk memperkecil terjadinya pelecehan sexual,” Ujarnya, Rabu (27/7/2022).

Hudi menambahkan, untuk kegiatan konseling tidak boleh dilakukan malam hari, dan masih banyak peraturan lain untuk menghindari adanya pelecehan sexual.

Sementara itu, Reni Kusuma Wardhani ketua asosiasi psikologi forensik Indonesia, lebih menekankan edukasi dan pemahaman permasalahan sexualitas sejak dini, dengan penyampaian yang mudah dipahami oleh anak kecil.

“Sehingga anak-anak kita terbiasa melindungi diri sendiri sejak kecil, karena setiap anggota tubuh kita adalah sesuatu yang sangat berharga,” Katanya.

Berdasarkan penelitian, Reni menyebut pelecehan seksual dapat terjadi apabila orangtua kurang atensi atau awareness terhadap anak.

Dalam penyampaian serta prakteknya, ada hal yang harus diperhatikan orangtua saat memberikan edukasi seks pada anak.

“Seperti saat menceboki anak, harus permisi  atau bahkan minta maaf terlebih dahulu. Kemudian orangtua harus menasehati ‘kalau ada orang ingin menyentuh seperti ini jangan boleh ya, apalagi kalau sampai maksa kamu, kamu lari ya’,” ungkapnya.

Selain edukasi seks, untuk membentengi anak demi mencegah tindak pelecehan seksual, Reni menyarankan kepada para orangtua untuk memberikan edukasi sosial.

Dengan harapan agar anak bisa menjaga dirinya dari tindakan seksual bahkan dari orang terdekat.

“Semoga orangtua sungguh-sungguh jadi pelindung utamanya anak-anak. Jangan sampai pelakunya justru orangtua atau orang yang menjadi walinya,” harapnya.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.