Cerita Seorang Jurnalis Jerman:Mengulas Pembuatan Mumi Dengan Pengasapan

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

“Ketika saya sendirian di malam hari dengan mumi untuk pertama kalinya, saya merasa masih banyak lagi yang tidak bisa kami jelaskan. Saya tidak harus mencoba untuk memahaminya, saya hanya harus menerimanya.” Kata Ulla Lohmann, Jurnalis Asal Jerman.

Karya-karyanya yang mengeksplorasi budaya suku Angga di Papua Nugini telah banyak diterbitkan di media kelas dunia seperti National Geographic dan juga Majalah VSD Perancis. Dan yang paling fenomenal adalah ulasan pembuatan mumi tradisional suku Angga.

Foto foto Ulla Lohmann dapat diakses Disini >>>

Kutipan kata Ulla diatas adalah detik-detik dimana dia mengabadikan proses pembuatan mumi ayah angkatnya Gemtasu, sesepuh Suku Angga. Yang merupakan salah satu Suku dari 800 suku yang ada di Papua Nugini.

Kisah Ulla ini setidaknya telah menjadi pintu pengetahuan akan kaya-nya budaya dan peradaban manusia di setiap sudut belahan bumi.

Suatu kisah karya jurnalistik yang mirip sebuah drama, cerita seorang jurnalis wanita muda yang pada usia 25 tahun menembus belantara dan sampai akhirnya mengabadikan proses pembuatan mumi, yang mungkin adalah yang terkahir kalinya di lingkup suku Angga. Ini mungkin adalah suatu cerita yang mungkin belum pernah dibayangkan sebelumnya.

Perkenalan pertamanya dengan Gemtasu ialah pada 2003, setelah itu ia sering mengunjunginya setiap tahun hingga kematian Gemtasu pada 2015.

Pada kunjungan pertamanya, penduduk desa Angga masih mengenakan rok tradisional dengan bahan dasar rumput – dan pada 2015, Ulla telah melihat mereka memakai kaos oblong dengan cetakan gambar Obama, memiliki ponsel dan menonton video musik Justin Bieber.

Foto oleh: ulla lohman

Menjadi Mumi adalah pilihan Gemtasu setelah ia Meninggal. Hal itu diceritakan Ulla dalak blog pribadinya. Gemtasu telah berpesan sebagai permintaan terakhir dirinya untuk dijadikan Mumi setelah kematiannya.

Hal ini menurut Gemtasu adalah ritual para leluhur suku Angga sebelumnya.

Proses pembuatan mumi di Suku Angga berbeda dengan pembuatan Mumi di Mesir yang akan membongkar tubuh bagian dalam, mengeluarkan organ, dan kemudian membungkus tubuh dengan kain.

Cara Membuat mumi suku Angga adalah dengan metode pengasapan selama kurang lebih 30 hari. Posos jenazah dalam keadaan duduk mirip babi yang di asapi.

Metode mumifikasi mengikuti struktur yang ketat. Tubuhnya digantung di atas api, dan saat jasad sudah mengembang, bagian tangan dan kaki ditusuk dengan tongkat kayu untuk mengalirkan sebuah cairan. Ini mungkin yang biasa dikenal sebagai minyak bintang.

Cairan minta yang keluar dari tubuh mumi diambil oleh keluarga yang melakukan mumifikasi, dan mengoleskannya pada bagian tubuh mereka. Hal ini dipercaya sebagai penyatuan jiwa atau perlindungan dari Mumi.

Kemudian, tongkat digunakan untuk melebarkan bagian anus mumi dengan hati-hati agar organ-organ tubuh bagian dalam keluar.

Dari awal hingga akhir, para mummifier harus tetap bersama tubuh setiap saat, dan tidak ada bagian dari mumi baik itu — cairan minyaknya, ususnya, atau bahkan tubuhnya — dibiarkan menyentuh tanah. Kalau sampai terjadi ini dipercayai sebagai nasib buruk.

Seperti yang diamati Lohmann selama beberapa minggu, mayat Gemtasu membengkak, menghitam, dan akhirnya mengeras.

Ketujuh pria yang melakukan ritual mengoleskan cairan tubuh Gemtasu ke tubuh mereka sendiri, sebuah tindakan untuk menjaga jiwanya. Di bawah aturan ketat, para pria tidak diizinkan untuk mandi selama tiga puluh hari penuh selama mumifikasi, atau meninggalkan lokasi.

Dalam tahap terakhir adalah membawa tubuh mumi, untuk diikat ke kursi dan dibawa ke tebing batu yang menghadap ke desa.

Gemtasu percaya bahwa dengan menjadi Mumi akan membuat jiwanya abadi dan memungkinkan dia untuk menjaga kehidupan keturunannya. Gemtasu sendiri telah membuat mumi ayahnya, yang ia klaim mengawasi desa dan suku Angga pada umumnya.

Tetapi ketika suku itu melakukan kontak dengan dunia barat di tahun 50-an, tradisi itu dihentikan dan tidak ada orang lain kecuali Gemtasu yang tahu bagaimana cara membuat mumi.

Dengan bantuan seekor babi, dia mengajari anak-anaknya cara membuat mumi.

Ketika Gemtasu tertidur dengan tenang, keluarganya memenuhi keinginan terakhirnya dan membuatnya menjadi mumi sesuai dengan tradisi suku.

Gemtasu ingin Ulla mendokumentasikan proses ini karena dia ingin menggunakan kisah dan keyakinannya untuk mendorong orang lain bahwa orang mati masih ada dan bisa melindungi yang hidup.

Kisah Gemtasu telah dipublikasikan di banyak media cetak, termasuk GEO, Paris Match dan National Geographic, beberapa dokumenter tentang dia telah ditampilkan di National Geographic, ZDF, Discovery dan ada pameran dengan foto dirinya dan desa dalam transisi menuju modernitas.

Dalam acara multivisinya “Adventure South Seas”, Ulla melaporkan tentang ikatan dengan ayah angkatnya dan apa yang dia pelajari dari Gemtasu. Dia saat ini ia sedang mengerjakan film tentang kehidupan Gemtasu, yang diceritakan oleh Gemtasu sendiri.

Sumber

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.