Gedung Putih Khawatir Gencatan Senjata di Gaza Akan Menyingkap Tindakan Israel

Kekhawatiran akan Konsekuensi Tak Diinginkan dan Perubahan Opini Publik

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SurabayaPostNews — Perjanjian gencatan senjata selama 4 hari antara pemerintah Israel dan faksi perlawanan Palestina di Gaza, meskipun mendapat pujian dari pejabat AS, kekhawatiran internal semakin meningkat terhadap potensi “konsekuensi yang tidak diinginkan” yang mungkin mengungkap tindakan keji Israel.

Ada kekhawatiran di dalam pemerintahan AS bahwa gencatan senjata empat hari dapat memberikan akses yang lebih luas bagi jurnalis ke Gaza dan peluang untuk lebih menjelaskan kehancuran di sana, yang makin memperburuk opini publik terhadap Israel.

Laporan The Cardle menyebutkan, Gedung Putih tetap waspada terhadap strategi jangka panjang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait tindakan di Gaza.

Empat puluh tujuh hari setelah dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa oleh perlawanan Palestina, Rabu pagi, kedua belah pihak mengumumkan gencatan senjata sementara selama empat hari yang akan menghentikan permusuhan dan opsi masuknya bantuan kemanusiaan di wilayah Gaza yang terkepung.

Kesepakatan itu juga mencakup pembebasan 150 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel dengan imbalan 50 pemukim yang ditawan oleh Hamas di Gaza.

“Saya sangat bersyukur bahwa beberapa dari jiwa-jiwa pemberani ini […] akan bersatu kembali dengan keluarga mereka setelah kesepakatan ini diterapkan sepenuhnya,” kata Presiden AS Joe Biden dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.

Sejak dimulainya perang di Gaza, Biden menjanjikan dukungannya tanpa syarat kepada Israel, namun hal ini menempatkannya dalam posisi sulit menjelang pemungutan suara tahun depan.

Hasil jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa 70 persen pemilih berusia 18 hingga 34 tahun tidak menyetujui cara Washington menangani perang tersebut.

Sikapnya yang teguh telah menempatkan Biden dalam posisi sulit, terutama di kalangan pemilih muda. Polling terbaru menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kepresidenannya, menandakan kejadian langka di mana suatu masalah kebijakan luar negeri secara langsung memengaruhi politik dalam negeri.

Gencatan senjata empat hari ini terjadi ketika jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 12.000 orang, dengan hampir setengah dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Selama 47 hari terakhir, tentara Israel menargetkan rumah sakit, sekolah, masjid, lingkungan perumahan, karavan sipil, dan infrastruktur penting secara sembrono di tempat yang dianggap sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.