Pertempuran Sengit di Gaza: Brigade Al Qassam Pukul Mundur Pasukan Israel Di Utara

Kontroversi di Area Rumah Sakit, dan Tuntutan Pembebasan Sandera

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SurabayaPostNews — Baru baru ini Kemajuan besar terjadi pada Brigade Al Qassam sayap militer hammas yang melakukan pertempuran kota di Gaza Utara. Sejumlah pasukan elit Israel berhasil di pukul mundur dari area rumah sakit Rantisi yang sebelumnya dikuasai militer Israel.

Pada sabtu kemarin, tiga orang prajurit Israel di konfirmasi tewas dan diumumkan secara publik setelah mendapat persetujuan pihak keluarga. Mereka antara lain Kapten Yaqir Biton, Mayor Rani Tahan dan Kapten Shane.

Pihak Israel sangat selektif dalam mengumumkan jumlah prajuritnya yang tewas demi menjaga mental para perwira dan tentara lainnya.

Sumber Otoritas Palestina mengatakan pada Minggu 20/11, pertempuran sengit terjadi di Jalur Gaza bagian utara. Pihak Hammas juga merilis vidio serangan penghancuran beberapa kendaraan lapis baja dan pasukan Israel yang bersembunyi di dalam sebuah gedung.

Sementara, Otoritas Militer Israel kembali mengkonfirmasi salah seorang prajuritnya yang tewas di Gaza selatan, yakni Letnan Dodi Doghani. Dia tewas dan beberapa tentara IDF terkena hantaman rudal Al Yasin 105 milik Pejuang Al Qassam.

Militer Israel terus berupaya membuktikan tuduhan adanya Pusat komando militer Hammas di area rumah sakit As Syifa dengan merilis vidio yang menggambarkan sebuah ruangan didalam terowongan, namun vidio tersebut telah Teridentifikasi sebagai vidio kompilasi hasil editing yang menggabungkan beberapa vidio.

Vidio juga mengambarkan banyak kelemahan soal ukuran lubang yang kecil yang tidak memungkinkan seseorang untuk masuk atau membawa elemen senjata berat kedalamnya.

Didalam vidio juga ditemukan sebuah pipa yang lazim dipasang pada sebuah septictank. Pihak Israel berupaya melakukan pembenaran atas tindakan keji mereka melakukan serangan di Rumah sakit.

Disisi lain Abu Ubaida, juru bicara brigade Al Qassam menyatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa dia telah kehilangan kontak dengan para pejuang yang melindungi tawanan dari militer Israel. Ia juga tidak mengetahui kondisi pasti para tawanan setelah pemboman membabibuta yang dilakukan pasukan israel.

Di Israel, Pihak keluarga tawanan melakukan demonstrasi besar besaran bersama warga Israel lainnya di Yerusalem, mereka menuntut pihak pemerintah untuk memprioritaskan pembebasan.

Selama 45 hari ketegangan tak ada satupun sandera yang berhasil dibebaskan oleh tentara IDF. Keluarga korban menilai, operasi yang dilakukan oleh militer tidak efektif dan membahayakan nyawa para tawanan. Operasi itu juga dinilai sebagai operasi yang gagal.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.