Warisan Bretton Woods: IMF dan Bank Dunia Yang Sudah Tidak Relevan Di Era Modern

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

SurabayaPostNews — Bretton Woods adalah sistem keuangan internasional yang dibuat selama Konferensi Moneter dan Keuangan PBB di Bretton Woods, New Hampshire, AS, pada tahun 1944.

Sistem ini dirancang untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi global yang terjadi selama Depresi Besar dan Perang Dunia II.

Sistem Bretton Woods mengadopsi sistem nilai tukar tetap di mana mata uang negara-negara anggota diikat pada nilai tukar tetap terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Sementara dolar AS sendiri pada waktu itu diikat pada emas dengan nilai tetap sebesar $35 per ons emas.

Sisitem Bretton woods berakhir ketika banyak negara mulai meragukan kemampuan Amerika untuk menukarkan dolar mereka dengan emas dengan harga $35 per ons.

Hingga pada akhirnya tahun 1971, Presiden AS Richard Nixon mengumumkan pelepasan dolar dari standar emas (Nixon Shock), mengakhiri sistem Bretton Woods dan membuat sistem fiat, dimana sebuah otoritas dapat mencetak uang sekehandaknya tanpa dibackup dengan komoditas seperti emas

Alih alih mengkampanyekan “untuk menyelamatkan ekonomi” yang pada akhirnya hanya melahirkan kebijakan absurd.

Seiring berjalannya waktu, beberapa pengamat dan ahli telah mengemukakan pandangan filosofis yang berpendapat bahwa kedua lembaga ini telah kehilangan relevansinya dalam era modern dengan berakhirnya sisitem Bretton woods.

Pandangan Filosofis PertamaJoseph Stiglitz:

Joseph Stiglitz, seorang ekonom dan pemenang Nobel, telah mengkritik IMF dan Bank Dunia karena memaksa negara-negara berkembang mengikuti kebijakan neoliberal yang sering mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi dan ketidakstabilan.

Pandangan Filosofis KeduaVandana Shiva:

Vandana Shiva, seorang ilmuwan sosial dan aktivis lingkungan, telah menyoroti kurangnya perhatian IMF dan Bank Dunia terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi.

Pandangan Filosofis KetigaAmartya Sen:

Amartya Sen, seorang ekonom dan pemenang Nobel, telah menekankan pentingnya fokus pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial dalam kebijakan ekonomi, yang sering diabaikan oleh kedua lembaga tersebut.

IMF dan Bank Dunia menghadapi berbagai tantangan dalam era modern, termasuk meningkatnya kebutuhan untuk mengatasi perubahan iklim, mempromosikan inklusi sosial, dan menanggapi krisis kesehatan global seperti saat pandemi COVID-19.

Beberapa pihak telah mendesak reformasi IMF dan Bank Dunia untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan negara-negara berkembang dalam pengambilan keputusan.

Relevansi IMF dan Bank Dunia di masa depan akan bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan tantangan dan isu-isu global yang muncul dalam era modern. Mereka mungkin perlu mengubah fokus mereka untuk lebih memprioritaskan keberlanjutan dan kesejahteraan sosial.

Pandangan filosofis dari tokoh-tokoh seperti Joseph Stiglitz, Vandana Shiva, dan Amartya Sen telah mengajukan pertanyaan kritis tentang relevansi mereka dalam era modern.

Tantangan yang dihadapi oleh kedua lembaga ini akan memainkan peran penting dalam menentukan peran mereka di masa depan, apakah sebagai entitas yang perlu mengalami perubahan sehingga tetap relevan di era yang terus berubah, atau dibubarkan karena sudah tidak relevan di era modern ini.

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

Your email address will not be published.